12/08/2011

Jadwal Pelaksanaan Sertifikasi Guru Tahun 2012

. Rabu, 17 Agustus 2011

Rencana Jadwal Pelaksanaan Sertifikasi Guru Dalam Jabatan Kuota Tahun 2012

Sertifikasi Guru Kuota Tahun 2012

Dalam rangka penuntasan program sertifikasi guru dalam jabatan sesuai yang diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005, Kepala Badan PSDMP dan PMP telah mengusulkan kuota sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2012 sebanyak 400.000 orang guru.

Rancangan Jadwal Proses Penetapan Peserta Sertifikasi Guru Kuota Tahun 2012 adalah sebagai berikut;
  1. Juni-September 2011, Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan perbaikan dan validasi data guru pada NUPTK Online.
  2. 30 September 2011 adalah tanggal akhir perbaikan Data Peserta untuk Proses Perangkingan.
  3. Oktober 2011, Sistem NUPTK Online melakukan Proses Perangkingan Calon Peserta Sertifikasi Guru Kuota Tahun 2012.
  4. Oktober-November 2011, Badan PSDMP dan PMP akan melakukan sosialisasi Sertifikasi Guru untuk Kuota Tahun 2012 kepada seluruh Provinsi dan Kabupaten/Kota dengan telah memberikan Daftar Calon Peserta Sertifikasi Guru.
  5. November-Desember, Dinas Pendidikan Provinsi/Kabupaten/Kota melakukan proses pengajuan peserta, pencetakan Format A0, dan perbaikan data untuk Format A1.
  6. 1 s.d 15 Januari 2012, Verifikasi Data Peserta dan Pencetakan Format A1.
  7. 16 s.d. 31 Januari 2012, Pengiriman Data dan Dokumen Peserta ke LPTK.
  8. 1 Februari 2012, Dimulai Penilaian Portofolio, PSPL, dan PLPG di Rayon LPTK.

Surat ASLI dari Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pendidikan dan Penjaminan Mutu Pendidikan ( BPSDM dan PMP) Nomor surat 4778/1/11/2011 Tentang Persiapan Pelaksanaan Sertifikasi Guru Kuoat Tahun 2012 SILAKAN DOWNLOAD DISINI.

Terimakasih Semoga Dapat membantu Bapak/ Ibu Guru yang akan mengikuti Seleksi Peserta Sertifikasi Guru Kuota 2012.[bpsdm dan pmp]
sumber : http://muhamadalisaifudin.blogspot.com/2011/08/jadwal-pelaksanaan-sertifikasi-guru.html

12/05/2011

File berikut ini document yang di dalamnya termuat kumpulan soal latihan sains untuk Sekolah Dasar . Anda bisa mempergunakan soal tersebut untuk mengasah kemanpuan anak/murid anda dan mempersiapkan mereka dalam menghadapi ujian semester.
Berikut ini link soal untuk ulangan harian/tes formatif mata pelajaran IPA kelas IV semester genap : dari http://masdar5no.wordpress.com/2010/12/19/soal-ulangan-hariantes-formatif-ipa-kelas-iv-semester-genap/
*UH 1
UH1_2.doc
*UH 2
UH2_3.doc
*UH 3
UH3_2.doc
*UH 4
UH4.doc
*UH 5
UH5.doc

Buat soal bagi seorang guru pasti semua bisa, tapi karena kesibukan mungkin tidak sempat untuk menyusun soal, berikut ini kami sampaikan soal-soal ulangan harian semester ganjil untuk kelas V. Bisa didownload dan dipakai. Semoga bermanfaat.
*IPA
UH.IPA.5.1.doc

Berikut ini soal-soal ulangan harian mata pelajaran IPA kelas VI semester genap.
*Ulangan Harian 1
UH1.doc
*Ulangan Harian 2
UH2.doc
*Ulangan Harian 3
UH3 IPA KELAS VI.doc
*Ulangan Harian 4
UH4 IPA KELAS VI.doc

11/12/2011

Menjadi Guru Berkarakter

Upaya  implementasi pendidikan karakter di sekolah, tentu tidak lepas dari peran guru. Berdasarkan kajian teoritis maupun empiris diyakini bahwa keberhasilan pendidikan karakter salah satunya diwarnai oleh  faktor guru itu sendiri.
Barangkali atas dasar itulah, Dr. Uhar Suharsaputra, menghadirkan pemikirannya yang dituangkan dalam buku terbarunya berjudul “Menjadi Guru Berkarakter” yang diterbitkan Paramitra Publishing Yogyakarta, Agustus 2011.
Menjadi Guru Berkarakter
Buku ini menyuguhkan tentang seputar guru dan keguruan dalam perspektif yang berbeda,  baik tentang eksistensi diri sendiri, eksistensi diri dengan peserta didik, eksistensi diri dalam lingkungan organisasi dan keorganisasian, eksistensi diri dalam lingkungan masyarakat, hingga eksistensi diri dalam lingkungan ilmu pengetahuan.
Buku ini tidak berbicara pada tingkatan permukaan profesionalisme guru yang cenderung adminiistratif-formalistik, tetapi mencoba melihat lebih jauh tentang esensi guru dan keguruan sebagai landasan penting dalam pengembangan pribadi guru.
Seorang guru adalah seorang yang telah menyerahkan dirinya dalam organisasi sekolah, dia tidak bisa melakukan tindakan dan berperilaku sesuai keinginan sendiri, tetapi harus dapat menyesuaikan diri dengan peran dan tugasnya sesuai peran dan tuntutan tugas serta aturan organisasi yang menjadi kewajiban bagi seorang guru, oleh karena itu kita, GURU  HARUS TAHU ATURAN, BERSEDIA DIATUR, dan BISA MENGATUR. Tahu aturan bermakna memahami bagaimana mekanisme kerja organisasi, dengan pemahaman itu maka seorang guru harus mau dan bisa diatur sesuai dengan mekanisme yang berlaku, serta harus bisa mengatur dalam arti mengelola secara optimal apa yang menjadi peran dan tugasnya dalam organisasi sekolah
Demikian, sepenggal kalimat yang terungkap dalam isi buku yang berkaitan dengan sikap dan perilaku guru dalam organisasi sekolah. Sementara berkaitan dengan bersikap dan bergaul dengan siswa, dikatakan bahwa:
Guru adalah pelayan mereka untuk mengantarnya pada masa depan yang lebih baik dalam hidup dan kehidupan, dalam ketidakpastian masa depan yang mungkin sedikit dapat dipastikan…
Siswa adalah manusia utuh, maka terimalah dia apa adanya. Siswa adalah individu yang utuh dengan keseluruhan sikap, prilaku, kepribadian serta latar belakang sosial budayanya. Kita tidak bergaul, berinteraksi dengan salah satu aspeknya saja tetapi dengan keseluruhannya…
Kesadaran dan kerelaan menerima kenyataan bahwa interaksi dengan siswa sebagai suatu keseluruhan akan menumbuhkan perhatian (concern), rasa peduli (caring), rasa berbagi (sharing), dan kebaikan yang tulus (kindness).
Dalam penutupnya, penulis menyampaikan  pula bahwa Guru Berkarakter sesungguhnya  bukanlah sesuatu yang bersifat to be or not to be, melainkan a process of becoming. Menjadi guru berkarakter adalah orang yang siap untuk terus menerus meninjau arah hidup dan kehidupannya serta menjadikan profesi guru sebagai suatu kesadaran akan panggilan hidup. Guru berkarakter senantiasa berusaha dan berjuang mengembangkan aneka potensi  kecerdasan yang dimilikinya.
Tentu masih banyak lagi pemikiran menarik lainnya yang bisa dijadikan bahan refleksi bagi kita sebagai guru maupun calon guru dalam upaya  mewujudkan diri menuju  GURU YANG BERKARAKTER.
Informasi tentang buku tersebut bisa Anda kunjungi website di bawah ini:
Menjadi Guru Berkarakter

Buku Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 16 tahun 2009 mengisyaratkan bahwa untuk kenaikan pangkat dan golongan guru perlu dilakukan Penilaian Kinerja Guru.
Penilaian Kinerja Guru (PKG) adalah penilaian dari tiap butir kegiatan tugas utama guru dalam rangka pembinaan karier kepangkatan dan jabatannya.
Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)
Dalam Penilaian Kinerja Guru (PKG), Guru wajib mencatat dan menginventarisasikan seluruh kegiatan yang dilakukan.
Penilaian Kinerja Guru (PKG) terhadap Guru dilakukan minimal satu kali dalam setahun.
Penilaian Kinerja Guru (PKG) untuk kenaikan pangkat Guru yang akan dipertimbangkan untuk naik pangkat dilakukan minimal 2 kali dalam  satu tahun,  yaitu 3 bulan sebelum periode kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil.
Penilaian Kinerja Guru (PKG) menggunakan instrumen yang didasarkan kepada:  14 kompetensi bagi guru kelas dan/atau mata pelajaran; 17 kompetensi bagi guru BK/konselor, dan pelaksanaan tugas tambahan yang relevan dengan fungsi sekolah/madrasah (Kepsek, Wakasek, dsb.)
Guru Kelas/
Mata Pelajaran
Guru BK/
Konselor
Pedagogi
(7 kompetensi)
Pedagogi
(3 kompetensi)
Kepribadian
(3 kompetensi)
Kepribadian
(4 kompetensi)
Sosial
(2 kompetensi)
Sosial
(3 kompetensi)
Profesional
(2 kompetensi)
Profesional
(7 kompetensi)
Selain itu, dalam Permenpan ini mengisyaratkan pula pentingnya kegiatan Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB). Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dilaksanakan dalam upaya mewujudkan guru yang profesional, bermatabat dan sejahtera; sehingga guru dapat berpartisifasi aktif untuk membentuk insan Indonesia yang bertakwa kepada Tuhan YME, unggul dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki jiwa estetis, etis, berbudi pekerti luhur, dan berkepribadian.
Pengembangan Keprofesian Guru mencakup tiga kegiatan: (1) Pengembangan Diri; (2) Publikasi Ilmiah, dan (3) Karya Inovatif.
Tujuan umum Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB)  yaitu untuk meningkatkan kualitas layanan pendidikan di sekolah/madrasah dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.
Sedangkan tujuan khusus Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) adalah:
  • Memfasiltasi guru untuk mencapai standar kompetensi profesi yang telah ditetapkan.
  • Memfasilitasi guru untuk terus memutakhirkan kompetensi yang mereka miliki sekarang dengan apa yang menjadi tuntutan ke depan berkaitan dengan profesinya.
  • Memotivasi guru-guru untuk tetap memiliki komitmen melaksanakan tugas pokok dan fungsinya sebagai tenaga profesional.
  • Mengangkat citra, harkat, martabat profesi guru, rasa hormat dan kebanggaan kepada penyandang profesi guru.

==========
Info selengkapnya tentang Penilaian Kinerja Guru (PKG) dan  Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB) dapat diunduh secara parsial melalui tautan berikut ini:
  1. Paparan Permenegpan 16.zip (1.01 Mb)
  2. Overview PKG dan PKB.zip (8.75 Mb)
  3. Proses PKG di sekolah.zip (59.42 Mb)
  4. Penjelasan Proses PAK.zip (38.52 Kb)
  5. Proses Verifikasi Data PKG.zip (178.27 Kb)
  6. Penjelasan PAK.zip (2.43 Mb)
  7. Kesimpulan.zip (294.67 Kb)
  8. Buku Angka Kredit.zip  (3.11 Mb)

11/04/2011

Empat Sehat Lima Sempurna Dalam Matematika


Masih ingat slogan "Empat Sehat Lima Sempurna" yang banyak orang telah mengomentari slogan tersebut. "Empat Sehat Lima Sempurna" diciptakan pada tahun 1950-an. Penciptanya adalah Bapak Gizi Indonesia, Prof. Poerwo Soedarmo. Slogan "Empat Sehat Lima Sempurna" berisikan lima kelompok, yaitu:
  1. Makanan pokok,
  2. Lauk-pauk,
  3. Sayur-sayuran,
  4. Buah-buahan, dan
  5. Susu.
Sewaktu keluar slogan tersebut kita sangat di anjurkan untuk menjalankan "Empat Sehat Lima Sempurna" diatas, tergantung kita-nya mau atau tidak.

Apa hubungannya dengan matematika, sebenarnya dari bahasa tidak ada hubungan yang signifikan, tetapi setelah melihat kendala-kelndala siswa-siswa dalam mempelajari matematika mereka tidak menerapkan "Empat Sehat Lima Sempurna Dalam Matematika". Ini mungkin dapat membantu siswa atau bahkan para guru matematika untuk mempermudah mempelajari matematika itu agar menjadi pelajaran yang menyenangkan.

Apa saja "Empat Sehat Lima Sempurna Dalam Matematika", saya coba jabarkan:

1. Penjumlahan (+)
Penjumlahan merupakan penambahan dua bilangan menjadi suatu bilangan yang merupakan Jumlah. Penambahan lebih dari dua bilangan dapat dipandang sebagai operasi Penambahan berulang, prosedur ini dikenal sebagai Penjumlahan Total (summation), yang mencakup juga penambahan dari barisan bilangan tak hingga banyaknya (infinite).
Penjumlahan mempunyai sifat Komutatif dan Assosiatif, oleh karena itu urutan penjumlahan tidak mempengaruhi hasilnya. Elemen identitas dari penjumlahan adalah nol (0), disini penambahan sembarang bilangan dengan identitas (nol) akan tidak akan merubah angka tersebut. Selanjutnya elemen bilangan invers dari penambahan adalah negatif dari bilangan itu sendiri, di sini penambahan suatu bilangan dengan inversnya akan menghasilkan identitas (nol).

2. Pengurangan (-)
Pengurangan mencari ‘perbedaan’ antara dua bilangan A dan B (A-B), hasilnya adalah Selisih dari dua bilangan A dan B tersebut. Bila Selisih bernilai positif maka nilai A lebih besar daripada B, bila Selisih sama dengan nol maka nilai A sama dengan nilai B dan terakhir bila Selisih bernilai negatif maka nilai A lebih kecil daripada nilai B.
Pengurangan tidak mempunyai sifat baik Komutatif maupun Assosiatif. Oleh karena hal ini, terkadang pengurangan dipandang sebagai penambahan suatu bilangan dengan negatif bilangan lainnya, a - b = a + (-b). Dengan cara penulisan ini maka sifat Komutatif dan Assosiatif akan dipenuhi.

3. Perkalian (*)
Pada intinya adalah penjumlahan yang berulang-ulang. Perkalian dua bilangan menghasilkan Hasil Kali (product), sebagai contoh 4*3 = 3+3+3+3 = 12.
Perkalian, dipandang sebagai penjumlahan berulang, tentunya mempunyai sifat Komutatif dan Assosiatif. Lebih jauh lagi perkalian mempunyai sifat Distributif atas Penambahan dan Pengurangan. Elemen identitas untuk perkalian adalah satu (1), disini perkalian sembarang bilangan dengan identitas (satu) akan tidak akan merubah angka tersebut. Selanjutnya elemen bilangan invers dari perkalian adalah satu-per-bilangan itu sendiri, di sini perkalian suatu bilangan dengan inversnya akan menghasilkan identitas (satu).

4. Pembagian (/atau:)
Pembagian dua bilangan A dan B (A/B) akan menghasilkan Hasil Bagi (quotient). Sembarang pembagian dengan bilangan nol (0) tidak didefinisikan. Selanjutnya bila nilai Hasil Bagi lebih dari satu, berarti nilai A lebih besar daripada nilai B, bilai Hasil Bagi sama dengan satu, maka berarti nilai A sama dengan nilai B, dan terakhir bila Hasil Baginya kurang dari satu maka nilai A kurang dari nilai B.
Pembagian tidak bersifat Komunitatif maupun Assosiatif. Sebagaimana Pengurangan dapat dipandang sebagai kasus khusus dari penambahan, demikian pula Pembagian dapat dipandang sebagai Perkalian dengan elemen invers pembaginya, sebagai contoh A/B =A*(1/B). Dengan cara penulisan seperti ini maka semua sifat-sifat perkalian seperti Komunitatif dan Assosiatif akan dipenuhi oleh Pembagian.

5. LogikaSetiap kita manusia mempunyai logika, tetapi kita sering tidak menggunakannya secara maksimal. Kenapa logika saya kategorikan yang melengkapi ke empat unsur di atas, karena dengan logika matematika itu akan menjadi mudah pengerjaannya. Semua rumus atau persamaan dalam matematika menggunakannya hanya dengan logika, mensubstitusikan unsur-unsur yang diketahui dan menghitungnya dengan menggunakan keempat unsur dasar diatas.

Empat Sehat Lima Sempurna Dalam Matematika yang saya kategorikan menjadi:
  1. Penjumlahan,
  2. Pengurangan,
  3. Perkalian,
  4. Pembagian dan
  5. Logika
Saya tuliskan karena di setiap pembelajaran matematika pada setiap topik pembelajaran yang baru, para siswa tidak kesulitan akan topik pelajarannya seperti: Integral, Differensial, Trigonometri, Program Linier dan sebagainya. Mereka kesulitan di lima hal diatas, semoga tulisan ini dapat membantu pembaca yang budiman membuat matematika itu menjadi hal yang menyenangkan. Anda mempunyai pendapat yang berbeda adalah suatu kewajaran.
http://defantri.blogspot.com/2009/05/empat-sehat-lima-sempurna-dalam.html

Guru adalah Sutradara


Besok sekolah tahun ajaran baru ajan dimulai maka saya coba berbagi cerita tentang GURU. Karena merekalah yang paling berperab di dalam kelas mulai esok hari. Berangkat dari asumsi bahwa sutradara merupakan orang yang berperan besar dalam keberhasilan sebuah film, maka guru dalam proses pembelajaran siswa, agar berhasil, ada baiknya berperan sebagai sutradara.
Analog tersebut setidaknya dilatarbelakangi oleh dua hal.
Pertama:
Kurikulum 2004 memberi keleluasaan kepada guru untuk mengembangkan proses pembelajaran. Depdiknas melalui Balitbang kurikulumnya hanya menetapkan dua komponen dalam silabus, yaitu standar kompetensi dan kompetensi dasar (Kurikulum 2004: 20-30). Komponen lain seperti strategi, materi, alokasi waktu, dan sumber bahan ajar, diserahkan kepada guru untuk dikembangkan sesuai dengan prinsip relevansi, konsistensi, dan adekuasi.
Kata keleluasaan itulah, yang perlu digarisbawahi. Sebab, di dalamnya tersirat makna kreativitas yang idealnya menjadi daya hidup bagi setiap guru. Kita tahu, sutradara bekerja berdasarkan skenario. Tetapi ketika sudah terlibat dalam proses penggarapan film, ia tidak secara kaku menerjemahkan teks skenarionya. Ia harus terus menggali ide dan kreasinya, agar proses penggarapan itu berhasil. Demikian pula guru, tidak harus terjebak pada skenario pembelajaran yang bersifat tekstual. Ia dapat mengupayakan berbagai strategi, materi, dan sumber bahan ajar secara variatif.
Ketika satu strategi dianggap kurang berhasil, guru perlu mencoba strategi lain. Ketika materi dan sumber bahan perlu dikembangkan, ia dapat memanfaatkan potensi sumber bahan yang makin lengkap, dari koran hingga internet.
Ingat, buku teks kini bukan lagi harga mati bagi siswa. Barangkali, semua itu relevan pula dengan ungkapan jawa"guru ora kurang lakon".

Kedua:
Cara pandang sutradara kepada para pekerja film, khususnya para aktor. Mereka selalu berpandangan bahwa pada diri aktor sesungguhnya telah ada bakat dan kemampuan. Tugas sutradara tinggal mengarahkannya. Bagaimana ia dengan sabar dan tekun mengasah talenta para aktor, dengan selalu berprinsip bahwa apa yang mereka lakukan adalah "proses untuk menjadi". Sehingga, mereka tidak pernah berhenti untuk menggali potensi diri.
Demikian pula guru. Paradigma siswa adalah kertas putih yang masih kosong, harus ditinggalkan. Karena pada diri siswa sebenarnya telah ada bakat dan kemampuan. Tugas gurulah, untuk mematangkan segenap potensi itu.
Perlu diingat pula, sutradara yang baik selalu mengenali karakter setiap aktor. Demikian pula guru. Ia perlu mengenali perbedaan karakter siswa dengan baik, sehingga -meski proses pembelajaran bermodel klasikal- guru tidak mematikan prinsip pembelajaran individual.
Lalu, bagaimana bila sutradara itu harus berperan sebagai aktor? Apakah guru juga harus menjadi demikian? Jawabannya, Ya! Ingat adanya ungkapan "A good teacher is an actor".
Jadi guru yang baik juga tahu, kapan saatnya ia berperan sebagai sahabat, orang tua, dan pengajar bagi siswa yang selalu dibanggakannya.
Pertanyaan terakhir, siapkah kita (guru) menjadi sutradara bagi siswa? Jawaban bijak, barangkali: Siap untuk terus belajar dan menempa diri. Bukankah menjadi guru sesungguhnya juga "proses untuk menjadi" yang tak pernah berhenti!
Bila demikian, yang muncul di hadapan siswa adalah sosok guru yang dekat dengan siswa dan mampu menjadi tumpuan harapan untuk membimbing mereka meraih masa depan.
tugas sutradara itu ibarat pencipta sesuatu yang nantinya akan divisualisasikan. dan tentu saja sutradara inilah yang menjadi dalang dalam proses penciptaan itu, di mana pada otak sutradara inilah karya tersebut akan diwujudkan.
gampangannya....si sutradara ini harus mempunyai gambaran, mau diwujudkan seperti apa karya tersebut.

kalau kriteria sutradara, pastinya dia harus paham betul apa yang ingin dia sampaikan dan paham betul tentang seluk beluk bidang yang dia geluti itu, bahkan masalah yang kecil sekalipun.

setahu saya ada dua macam sutradara.
1. sutradara yang menuntut pemainnya untuk memainkan peran sesuai konsepnya atau sesuai apa yang ada di otaknya.
misalnya dalam dunia peran, ketika salah satu pemainnya harus berperan sebagai pengemis, si sutradara itu menuntut pemainnya itu untuk menjadi pengemis sesuai dengan intepretasinya si sutradara ini, bahkan kalau perlu si sutradara ini harus memberi contoh seperti apa pengemis yang dia kehendaki itu.
kasarannya, sutradara ini adalah sutradara yang otoriter, dimana semuanya harus seperti yang ada di otaknya. namun keotoriterannya itu sangat wajar mengingat dialah yang menjadi sutradara (pencipta) dan pemainnya itu sebagai ciptaannya.

kelemahan pada jenis sutradara semacam ini adalah membatasi kreativitas si pemain, mengingat pemainnya adalah manusia juga yang pasti mempunyai daya imaji yang berbeda pula. dan perlu dicatat, kelemahan pada sutradara ini tidak berlaku pada sutradara yang pemainnya adalah benda mati (dalang dengan wayangnya), namun tetap berlaku pula ketika dalang ini berhadapan dengan pemain waranggononya.

namun sekali lagi keotoriteran si sutradara ini tidak bisa disalahkan, karena itu adalah hak dia, dan otomatis untuk para pemain yang berhadapan dengan sutradara semacam ini adalah adanya kesediaan dia untuk menjadi boneka yang mau dibentuk sebagai apapun, terserah si sutradara tersebut (meski dalam kenyataannya sangat sering ditemui kesulitan ketika para pemain ini harus menjadi seperti yang ada di otak si sutradara)

namun asalkan ada komunikasi yang baik antara si sutradara dan pemainnya, adanya kesadaran peran antara sutradara dan pemainnya dan adanya kesadaran si sutradara bahwa si pemain itu juga pastinya mempunyai kekurangan, semuanya bisa di atasi kok.

2. sutradara yang membebaskan para pemainnya untuk memvisualisasikan imajinasi si pemain, asalkan tidak bertentangan dengan isi konsep yang ada di otak sutradara.
dalam hal ini, sutradara memberi kesempatan kepada para pemainnya untuk 'mencari' sendiri jati diri peran mereka masing2 sesuai dengan apa yang mereka imajinasikan namun tetap dalam pantauan sang sutradara. ketika si sutradara melihat bahwa si pemain telah menemukan 'jiwa' yang akan diperankan, di sinilah sutradara memintanya untuk menyimpan 'jiwa' yang telah ditemukan tersebut untuk kemudian digali lebih dalam.

kelemahan dari jenis sutradara ini adalah adanya pandangan adanya kekurang tegasan pada sang sutradara. ada kesan bahwa sang sutradara ini melimpahkan tugas 'menciptakan' karya kepada para pemainnya untuk kemudian tugas dia hanya memilih mana yang pantas dilakukan mana yang tidak.

demikian pendapat saya, dan alangkah lengkapnyalah bila anda bisa menggabungkan kedua jenis sutradara tersebut, mempunyai ketegasan dalam mencutradarai namun tidak memenjarakan imajinasi dan daya kreasi para pemain. Assistant Director:
Hal pertama yang perlu diluruskan tentang Assistant Director/Asisten Sutradara adalah bahwa seorang asisten sutradara BUKANLAH asisten dari sutradara. Asisten Sutradara memiliki job desknya sendiri dan tidak bertanggung jawab pada sutradara, melainkan pada produser. Seringkali seseorang yang ingin menjadi sutradara menganggap bahwa asisten sutradara adalah jenjang untuk menjadi sutradara. Ini adalah suatu pemahaman yang keliru, karena pada dasarnya jenjang berikutnya dari seorang asisten sutradara adalah menjadi produser.
Hal ini disebabkan karena pekerjaan asisten sutradara sangat berhubungan dengan manajemen, bukan kreatif. Asisten Sutradara bertugas untuk membuat breakdown script, mengatur jadwal shooting dan memastikan shooting bisa berjalan dengan efektif dan efisien. Seorang mentor pernah mengumpamakan bahwa asisten sutradara adalah “bad cop” sementara sutradara adalah “good cop”. Hal ini disebabkan karena asisten sutradara harus menjadi figur yang “galak” di set, sehingga membuatnya menjadi figur yang kurang populer. Namun, berhasilnya sebuah shooting sangat bergantung pada keahlian asisten sutradaranya. Jika seorang asisten sutradara dapat mengatur jadwal dengan baik dan mampu menangani keadaan dengan baik, maka kemungkinan besar shooting akan berjalan dengan baik.
Tugas lain yang sudah menempel pada asisten sutradara adalah berteriak-teriak memberikan segala cue pada crew. Biasanya sutradara akan memberikan cue-nya pada asisten sutradara, kemudian si asisten sutradara yang akan meneriakkannya.
Production Manager/Unit Production Manager:
Production Manager adalah sebuah jabatan yang sangat penting dalam sebuah produksi yang berskala besar. Pada dasarnya tugas Production Manager adalah menjamin shooting bisa berjalan sesuai dengan rencana. Ia adalah seseorang yang bertanggung jawab atas budget yang sudah tersedia, memastikan alat-alat tersedia, memastikan makanan untuk crew tersedia, memastikan ada transportasi untuk semua crew, dan hal-hal lainnya di lokasi shooting. Singkatnya, seorang production manager bertugas menjalankan visi dari seorang produser. Ia juga bertugas untuk mengantisipasi masalah yang akan terjadi dan menangani masalah yang terjadi di lokasi.
Seorang Production Manager mutlak harus memiliki pengetahuan standart produksi film agar bisa menjalankan tugasnya dengan baik. Jika pengetahuan seperti ini tidak dimiliki, bisa-bisa seorang Production Manager menjadi bulan-bulanan kru. Di hollywood, syarat untuk menjadi seorang Production Manager adalah sudah pernah bekerja selama 260 hari sebagai seorang asisten sutradara.
Pada dasarnya, jika dalam sebuah produksi film sudah ada asisten sutradara dan production manager yang bagus, maka sutradara dapat menjalankan pekerjaannya dengan sangat nyaman dan produksi film dapat berjalan dengan sangat baik.

FUNGSI SUTRADARA
Fungsi disini diartikan dengan tugas dan tanggung jawab seorang sutradara. Secara umum, fungsi sutradara adalah melayani dan sekaligus memimpin pertunjukan atau pementasan di bidang artistik. (Jika dilihat dari persoalan manajemen, seorang Pimpinan Produksi atau Production Managerlah yang melaksanakan fungsi ini).
Secara ideal, fungsi seorang sutradara adalah merencanakan, memutuskan, mengarahkan, mewujudkan dan bertanggung jawab secara artistik dari pertunjukan atau pementasan yang dilaksanakan.
Kedua fungsi ini diemban dan dijalankan serempak dalam suatu ketika (bersama-sama). Tetapi seorang sutradara tidak dapat berjalan sendiri. Ia harus sadar akan dirinya dan kemampuannya. Oleh karena itu, ia membutuhkan orang lain yang dipilih dan diputuskannya (otoritas penuh!) untuk bekerja sama dalam menjalankan kedua fungsi tersebut.
Mereka dipilih dengan berdasarkan pada kebutuhan akan bidang-bidang khusus. Mereka terdiri dari dua kelompok besar yakni: pertama, kelompok pemain atau penari dan kedua, kelompok artistik. Kelompok pertama, sudah jelas, adalah kelompok orang-orang yang memiliki bakat atau keahlian bermain atau menari. Kelompok kedua, adalah orang-orang yang memiliki keahlian atau bakat di bidang perencanaan dan pelaksanaan untuk set/dekor/properti, desain tata cahaya (lampu), komposisi musik dan gerak, busana (kostum), rias wajah/rambut, aturan tata cara peralatan pentas (disebut: Pimpinan Panggung atau Stage Manager), dan pendamping penyutradaraan (disebut: Asisten Sutradara).
Penjabaran dari kedua fungsi sutradara adalah sebagai berikut:
1. Memilih naskah atau menulis naskah sesuai dengan tema yang diberikan.
2. Menafsirkan naskah yang dipilih. (Apabila sutradara sendiri yang menulis naskahnya, maka tingkat kesulitannya akan lebih kecil).
3. Menentukan batang pokok penafsiran dari naskah.
4. Memilih dan menentukan pemain dengan peran (casting) dan pekerja artistik yang dibutuhkan.
5. Memberikan batang pokok penafsiran naskah kepada seluruh personil yang telah dipilih untuk terlibat.
6. Membicarakan dan menyetujui rancangan atau desain set/dekor/properti/cahaya/busana/rias wajah-rambut, komposisi musik dan gerak (tari).
7. Membuat rencana pembiayaan yang dibutuhkan.
8. Melatih pemain dengan baik dan jujur sesuai dengan batang pokok penafsiran naskah yang sudah dipilih.
9. Mengembangkan gagasannya dengan mengacu pada batang pokok penafsiran naskah yang sudah dipilih.
10. Mengamati pertunjukan atau pementasan dan memberikan dorongan moril kepada pemainnya.
Apabila seorang sutradara bermaksud untuk mempercayakan pelaksanaan salah satu fungsinya kepada pihak lain karena pertimbangan-pertimbangan tertentu, maka seorang sutradara harus pandai-pandai memberikan keseimbangan antara kekuasaan yang ada padanya dengan pelimpahan wewenang dan tanggung jawab yang diberikan kepada pihak lain tersebut.
http://defantri.blogspot.com/2010/07/guru-adalah-sutradara.html

10/31/2011

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN

  3 PILAR KEBIJAKAN DEPDIKNAS  :
  1. Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan
  2. Mutu, Relevansi, dan Daya Saing Pendidikan
  3. Pilar Kebijakan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Citra Publik Pendidikan
Lama
  1. Para guru memisahkan /memberikan identifikasi kepada para muridnya sebagai murid-murid yang bodoh disisi lain.
  2. Suasana kelas cenderung monoton dan membosankan , karena guru hanya bertumpu pada satu atau dua jenis kecerdasan dalam mengajar (cerdas berbahasa dan berlogika).
  3. Guru kesulitan dalam membangkitkan minat atau gairah murid dalam mempelajari  sebuah mata pelajaran.
 Sekarang
  1. Tidak ada murid yang bodoh! Setiap murid, hampir dapat dipastikan memiliki satu atau dua jenis kecerdasan yang sangat menonjol.(8 kecerdasan yang sangat menonjol) dan memiliki potensi untuk berprestasi dan setiap guru harus bisa membangun  sugesti positif di dalam kelas dan kemudian memunculkan minimal satu kecerdasan yang menonjol yang dimiliki setiap muridnya.
  2. Ada delapan cara untuk mengajar  yang bertumpu pada delapan jenis kecerdasan . Guru harus bisa membuat variasi-variasi yang sangat menggairahkan dan menyenangkan dalam mengajarkan sebuah mata pelajaran. Suasana kelas akan hidup, guru tidak akan kehabisan ide dan akan terus bersemangat untuk menciptakan hal-hal baru dikelasnya. Murid  diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mencari cara belajar yang sangat cocok dengan dirinya-apa pun mata pelajaran yang mereka pelajari.
  3. Guru masa kini tidak usah khawatir apabila ada seorang murid yg mempunyai kelemahan dalam mempelajari matematika, bahasa, ataupun mata pelajaran lain,pertama; murid memiliki satu atau dua jenis kecerdasan yang belum terdeteksi, kedua; cara guru mengajar tidak cocok dengan karakter murid, ketiga; minat murid terhadap mata pelajaran menurun drastis. Untuk mengatasinya guru dapat menceritakan tokoh-tokoh yang telah mengukir prestasi yang

CIRI PARADIGMA LAMA :
  1. AKU
  2. SENTRALISASI
  3. STATIS
  4. HASIL
  5. LINIER
  6. POHON
  7. TRADISIONAL
  8. MENOLAK PEROBAHAN
  9. BERPIKIR PARSIAL
  10. GEJALA
  11. MANUAL

CIRI PARADIGMA BARU :
  1. KITA
  2. DESENTRALISASI
  3. DINAMIS
  4. PROSES
  5. SISTEMIK
  6. HUTAN
  7. MODERN
  8. PELOPOR PEROBAHAN
  9. BERFIKIR MENYELURUH
  10. AKAR
  11. TENOLOGI TINGGI
  http://lecgarut.wordpress.com/2008/07/03/paradigma-baru-pendidikan/

LEC GARUT

profil LEC Garut

LEC Garut Sebagai Wisata Diklat
Pusat Sumber Belajar Setempat atau Local Education Centre (LEC) Garut mulai beroperasi pada bulan Januari 1999 berlokasi di Jalan Guntur Sari, Desa Haurpanggung, Kecamatan Tarogong, Kabupaten Garut, berjarak 2 Km dari pusat pemerintahan Kabupaten Garut; berdekatan dengan Terminal Bis, Angkutan Kota dan Pasar Induk Guntur Kabupaten Garut dengan kondisi jalan yang sangat memadai; LEC Garut menjadi tempat yang sangat strategis karena sangat mudah untuk dijangkau oleh masyarakat yang jauh dari luar kota maupun dari dalam kota serta tidak terganggu oleh suara bising dari kendaraan maupun ramainya kegiatan keseharian yang terjadi di Pasar Induk maupun di terminal Guntur.
LEC Garut berlokasi di lingkungan yang asri dengan udara yang segar serta sejuk karena dibelakangnya terbentang hamparan sawah dan sungai Cimanuk yang mengalir tidak pernah kering; sehingga LEC Garut menjadi tempat yang sangat cocok untuk Pendidikan dan Pelatihan yang membutuhkan ketenangan dan konsentrasi serta kegembiraan dan kemudahan; selain tempatnya yang sangat representatif LEC Garut memang berada di daerah tempat pariwisata, karena diantara andalan pengembangan Kabupaten Garut adalah wisata alam sehingga selain menikmati Wisma Pendidikan di LEC Garut, peserta dapat pula menikmati wisata alam yang ada di sekitar LEC Garut seperti permandian air panas, Situ Bagendit, Situ Cangkuang dan tempat – tempat rekreasi lainnya yang sangat menarik.
Organisasi LEC Garut terdiri dari :
Dewan Pembina (Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Bappeda Kabupaten Garut,BMPS dan Yayasan Setempat)
Dewan Manajemen (Perwakilan Ketua-ketua Yayasan Pendidikan se-Kabupaten Garut)
Unit Pelaksana LEC yang Kepalanya dipilih oleh Ketua-ketua Yayasan Pendidikan di kabupaten Garut yang berada di Dewan Manjemen LEC Garut.
Sekolah Binaan
Dasar pemikiran pendirian LEC pada awalnya adalah sebagai lembaga yang berfungsi untuk mengembangkan mutu SLTP Swasta yang mendapat bantuan dari ADB-LOAN 1359-INO, namun dalam perkembangannya meluas ke SLTP non ADB Loan 1359 INO bahkan sekarang telah pula mengembangkan keanggotaan ke MTs Swasta dan sekolah swasta pada umumnya seperti; MA, SMK, SMU Swasta. Adapun yang termasuk sekolah binaan LEC Garut yang disebut dengan Cluster School.
VISI
Sebagai Lembaga Diklat Profesional dan Terpercaya.
MISI
Mengadakan penelitian dan pengkajian-pengkajian yang mengarah kepada peningkatan SDM dan mutu Sekolah
Mengembangkan Sekolah Pangkalan menjadi LEC kecil untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembinaan meningkatkan mutu sekolah swasta.
Tempat kebersamaan antar sekolah swasta dari dan untuk swasta (SLTP, MTs, SMU, SMK, MA, SD, TK Swasta ) untuk meningkatkan mutu sekolah.
Mengembangkan Bisnis untuk menuju kemandirian dan memperkuat jaringan kerjasama dengan berbagai pihak
Mengembangkan lembaga penjamin mutu dan konsultasi pengembangan SDM
MOTTO
Efektif, Efisien, Ekonomis Dalam Bekerja
Tugas LEC :
Memperluas jangkauan pembinaan profesi Guru sekolah swasta
Meningkatkan Profesionalisme guru agar memberi kontribusi bagi peningkatan karir kesejahteraan dan tenaga kependidikan lainnya pada sekolah, Mutu tamatan sekolah, Efisiensi dan efektivitas pembinaan sekolah,
Menumbuhkan kebersamaan antara Satuan pendidikan sekolah swasta dalam mengembangkan pengelolaan sekolah swasta, Penyelenggara sekolah swasta dalam mengembangkan manajemen penyelenggaraan sekolah
Meningkatkan peran serta BMPS dalam mendayagunakan fasilitas sebagai sarana peningkatan mutu dan pembinaan anggota.
Menyediakan layanan kemasyarakatan
Fungsi LEC :, Sebagai wahana kegiatan :
a. Penyelenggaraan Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan
b. Profesi bagi tenaga kependidikan
c. Pertemuan antar guru mata pelajaran sejenis
d. Pengembangan materi dan metodelogi pengajaran
e. Pengembangan manajemen
f. Pengelola sekolah swasta
g. Penyelenggara sekolah swasta
h. Kegiatan belajar mengajar bagi siswa
i. Kemasyarakatan seperti seni dan budaya daerah dll
j. Pengembangan usaha untuk menunjang program pendidikan
http://lecgarut.wordpress.com/profil-lec/

10/21/2011

TES AWAL SERTIFIKASI GURU 2011

TES AWAL PESERTA SERTIFIKASI GURU POLA PORTOFOLIO 2011


Pengunjung  yang terhormat, fasilitas test awal online ini diperuntukkan bagi Guru peserta Sertifikasi Guru Kuota 2011 dengan Pola Portofolio. Untuk mengakses halaman test awal anda diharuskan mendapatkan cetak Format A1 terlebih dahulu. Data dari hasil cetakan tadi yang akan digunakan untuk masuk ke halaman test awal. Tampilan dilayar seperti gambar di atas!
Aturannya silakan unduh dan klik : Permendiknas Nomor 11 Tahun 2011
Bagi teman peserta sertifikasi guru yang memilih pola PORTOFOLIO dapat belajar cara menjalankan tes awal lewat WEBnya KSG. Tidak perlu bingung bagaimana cara menjalankannya, silahkan diunduh disini. Semoga bermanfaat.
Bagi Anda Yang Siap Ikut Tes, KLIK DISINI.
http://aspirasiguru.wordpress.com/2011/05/11/tes-awal-peserta-sertifikasi-guru-pola-portofolio/

10/12/2011

GURU MASA DEPAN

“Tak ada obat yang semanjur harapan. Tak ada insentif yang besarnya seperti , dan tak ada ramuan yang seperti, pengharapan bahwa esok akan lebih baik.”
(Orison Swett Marsden)
Apakah saya sudah layak dikatakan sebagai guru yang baik? Kebiasaan sukses seperti apa yang harus saya lakukan agar dapat menjadi guru yang baik? Pertanyaan kritis yang layak sekali dialamatkan kepada figur para pejuang pendidikan ditengah maraknya pergulatan kehidupan yang semakin kompleks.
Tanpa disadari, dunia telah bergerak dengan sangat cepat. Revolusi teknologi informasi menjadi ciri utama yang sangat mudah untuk diidentifikasi. Dunia pendidikan pun harus ikut pula merasakan dampaknya. Apakah guru sebagai pelaku pendidikan telah merasakan perubahan hebat yang terjadi di lingkungan sekitarnya?
Memahami kurikulum, mendesain metode pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa, mendesain bahan ajar, mengembangkan penilaian berbasis kelas, dan melakukan pembelajaran berbasis Information and Communication Technology (ICT) adalah salah satu dari sekian banyak agenda penting guru di era kompetisi global dewasa ini. Lebih dari itu, guru pun dituntut untuk dapat mempertanggungjawabkan segala kompetensi profesionalismenya kepada stakeholders pendidikan. Hanya ada dua pilihan bagi guru untuk merespons kenyataan ini, terus maju mengembangkan diri atau mundur perlahan tertelan banyaknya tuntutan.
Tulisan ini merupakan sebuah refleksi dan renungan bagi guru-guru yang memiliki pengharapan untuk memperbaiki diri menyongsong kehidupan masa depan yang lebih baik. 7 kebiasaan sukses adalah panduan penting bagi guru masa depan yang ingin melakukan suksesi manajemen diri. 7 kebiasaan sukses yang dapat dikembangkan guru, di antaranya:
1. Menjadi Pembelajar Sejati
Ubahlah paradigma bahwa guru berperan sebagai penyiram tanaman daripada sebagai penuang air. Anggaplah siswa sebagai tanaman yang memiliki potensi untuk tumbuh sendiri, daripada sebagai sebuah gelas kosong yang hanya dapat penuh bila ada yang mengisi. Artinya, guru harus mampu mengubah paradigma pembelajaran yang tadinya menjadikan siswa sebagai objek pembelajaran, bergeser pada paradigma siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. Ketika paradigma ini telah terbangun, situasi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan berpeluang besar untuk dapat dikembangkan di ruangan kelas. Guru memandang sekolah sebagai tempat belajar untuk menjadi lebih profesional, sekaligus mengembangkan kemampuannya menjadi lebih baik.
2. Menjadi Sales Konten Materi Pelajaran
Pernahkah kita menemui siswa kita yang bersikap acuh tak acuh dengan pembelajaran yang kita bawakan? Jangan salahkan siswa kita dulu, cek kembali sikap apa yang Anda tampilkan ketika memulai pembelajaran?
Apakah Anda tampak loyo dihadapan siswa Anda? Apakah Anda mampu meyakinkan siswa Anda akan manfaat yang mereka dapatkan ketika mengikuti pembelajaran dengan baik? Apakah Anda mampu menghadirkan suasana entertainment dalam pembelajaran Anda yang bernilai edukasi?
Hari ini, guru harus mampu memenangkan ‘hati’ siswanya. Guru harus mampu menjelaskan apa manfaat sekolah bagi siswa, apa manfaat belajar bagi masa depan mereka kelak. Guru harus mampu menjual ‘manfaat’ mempelajari konten materi pelajaran dengan antusias, menghadirkan suasana kontekstual antara materi pelajaran dan dunia anak. Seorang guru yang baik adalah juga seorang sales konten materi pelajaran yang baik.
3. Menggunakan Beragam Gaya Mengajar
Tidak ada satu pun gaya mengajar yang paling baik. Memilih dan menggunakan gaya mengajar yang tepat sesuai kebutuhan dalam pembelajaran adalah tindakan bijak yang harus dilakukan. Saat ini, ada banyak temuan tentang kinerja otak yang dapat digunakan dalam pembelajaran, ada banyak model dan pendekatan pembelajaran yang telah melewati proses pengkajian yang harus dicerna, kalau pun mungkin diterapkan dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas.
Bayangkan jika orang tua siswa ingin menyaksikan langsung bagaimana situasi pembelajaran di kelas Anda, apakah Anda siap menunjukkan penampilan terbaik Anda di kelas?
4. Membangun Relasi dengan Orang Tua Siswa
Dalam kajiannya, Veenman (1984), mengklasifikasi 5 masalah utama yang dihadapi guru baru dalam melakukan kinerjanya, yaitu: (1) Classroom Discipline, (2) Motivating Students, (3) Dealing with Individual Differences, (4) Assessing Students’ Work, (5) Relations with Parents.
Membangun relasi dengan orang tua siswa, bagi seorang guru tanpa kecuali, merupakan permasalahan pelik yang mesti dicarikan solusinya. Permasalahan itu dapat tergambar dari ungkapan salah satu guru di Amerika Serikat berikut.
As a beginning teacher, I had no idea what my students brought with them to class–if they worked at a job, if they collected stamps, or if there was a divorce going on at home. The word “family” was not mentioned. I knew nothing about their lives outside of school, except if by some happenstance someone mentioned it casually. Today, we know better. Major research studies indicate that readiness for learning, all through the grades, begins at home and that we’ve got to enlist all families as real partners in the education of their children.
As a good teacher today, my work would be to build a bridge — connection between school and home so that information, ideas, and people move freely from one place to the other. The “hidden curriculum” of the home and community is not hidden anymore”.
5. Rajin Mengikuti Kegiatan In-Service Training
Prof. Masaki Sato (2007) menjelaskan adanya kelemahan besar dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan dalam menghasilkan tenaga guru.
Pertama, kuliah yang diberikan di kampus difokuskan pada transfer pengetahuan (transfer of knowledge) keilmuan suatu disiplin ilmu, sedangkan pengetahuan praktis untuk meningkatkan keilmuan dan kompetensi guru dalam mengajar pada kenyataannya tidak pernah diajarkan
Kedua, seorang dosen di universitas, secara umum, mengajarkan suatu disiplin ilmu tidak berdasarkan situasi dan kondisi di sekolah. Apa pun jenis teorinya tidak akan pernah diketahui kebenarannya jika tidak diujikan
Ketiga, pengetahuan mengenai pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus “learning disorder” (anak yang memiliki kesulitan belajar) harus dipraktikkan di lapangan (ruang kelas). Dengan banyak berinteraksi dengan lingkungan sekolah, kita akan banyak bertemu dengan anak-anak berkebutuhan khusus dalam belajar. Mereka membutuhkan bimbingan untuk menentukan penanganan secara nyata yang tepat berdasarkan hasil penelitian atau keilmuan.
Semua guru, baik dari lulusan LPTK maupun Non-LPTK, harus memiliki sikap mau belajar. Konsekuensinya, guru harus mau dan mampu menggali banyak informasi di luar jam kerjanya untuk meningkatkan interpersonal skill, communication skill, teaching skill, dan keterampilan lainnya yang relevan dengan kinerja profesionalisme sebagai guru. Mengagendakan diri secara rutin dalam mengikuti kegiatan pengembangan diri melalui In-Service Training merupakan salah satu alternatif solusi untuk dapat mengikuti perkembangan terkini di dunia pendidikan.
6. Melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Siapa yang dapat mengetahui kekurangan kita dalam mengajar? Bagaimana cara kita memperbaiki kekurangan mengajar kita di kelas? Penelitian Tindakan Kelas adalah salah satu cara untuk menganalisis tugas mengajar kita di kelas. Fokus PTK adalah untuk menyelesaikan berbagai masalah yang kita hadapi dalam mewujudkan situasi pembelajaran efektif. Pada dasarnya, masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dan keadaan yang diinginkan.
PTK sendiri dilakukan untuk mengubah perilaku sendiri dan perilaku siswa, mengubah kerangka kerja proses pembelajaran, yang pada akhirnya berdampak pada perubahan pada perilaku diri sendiri dan siswa dalam konteks pembelajaran.
Cohen & Manion (1980) menyatakan ada 7 fokus bidang garapan dalam PTK, yaitu: (1) metode mengajar, (2) strategi belajar, (3) prosedur evaluasi, (4) penanaman atau perubahan sikap dan nilai, mendorong sikap yang lebih positif terhadap beberapa aspek kehidupan, (5) pengembangan profesional guru (meningkatkan keterampilan mengajar, mengembangkan metode mengajar yang baru, menambah kemampuan analisis, atau meningkatkan kesadaran diri), (6) pengelolaan & kontrol pada teknik modifikasi perilaku, dan (7) administrasi (menambah efisiensi aspek tertentu dari administrasi sekolah).
PTK merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban guru terhadap kinerjanya. Selain untuk kepentingan evaluasi yang komunikatif, data dan fakta yang dihasilkan dari kegiatan PTK dapat dijadikan referensi bagi guru untuk menulis di media masa maupun untuk disharing di komunitas guru yang lebih besar (KKG, MGMP, dsb). Harapannya, temuan-temuan yang dihasilkan dari kegiatan PTK dapat berdampak lebih besar bagi pengembangan pendidikan dalam skala luas.
7. Menginspirasi Siswa dengan METAFORA
Metafora adalah memaparkan cerita tentang hakikat kesuksesan, perumpamaan-perumpamaan mengenai suatu bentuk kehidupan yang notabene akan siswa hadapi kelak, simulasi, atau pun kisah-kisah berbagai orang sukses dalam hidupnya.
Tanpa kita sadari, selama ini kita terlalu berfokus pada konten materi pelajaran, tetapi kita tidak mampu menghadirkan dan menggali makna kehidupan dari materi yang kita bawakan. Apakah pernah ketika mengajar materi matematika, misalnya, kita juga berupaya menggali dan memaknai arti penting bersikap jujur, bersinergi dengan orang lain, bekerja keras, berpikir sistematis dan cermat melalui materi yang dihadirkan dalam situasi pembelajaran?
Metafora yang disajikan dalam pembelajaran, baik di awal, tengah, maupun akhir pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Dari perasaan benci, berganti menjadi suka. Dari perasaan bosan berubah menjadi berminat. Dari menjenuhkan menjadi menyenangkan. Dari perasaan tak butuh, setahap demi setahap menjadi penasaran, berkeinginan, dan membutuhkan materi pelajaran yang kita berikan. Seorang pengajar yang baik tidak hanya dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan materi pembelajaran, akan tetapi dia dapat menginspirasi siswa untuk melakukan yang terbaik dalam kehidupannya.
Good teacher explains, superior teacher demonstrates, excellent teacher inspires.(Asep Sapa’at/Trainer Makmal Pendidikan).http://sahabatguru.wordpress.com/2008/12/11/7-kebiasaan-sukses-guru-masa-depan/

10/10/2011

BERBAGI

Kata berbagi mudah dikatakan dan mudah diucapkan, akan tetapi pelaksanaannya tidaklah demikian. Berbagi dengan sesama berbagai aspek, apakah itu informasi, pengetahuan, harta atau apa saja yang bermanfaat dan dapat dimanfaatkan oleh khalayak sehingga dunia ini dapat diperbaiki atau menuju lebih baik dengan memberi sumbangan kebaikan. Jika kita dapat bergotong royong segala hal manfaat maka kebermanfaatan hidup menjadi bermakna. Sanggupkan .... kiat melakukannya?.....
Sekecil apapun....sedapatnya...sebisanya...sesempatnya...ayo..!! kita mulai, mudah-mudahan diberi jalan, kemudahan, kelapangan fikiran, diringankan..... Amin.