10/31/2011

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN

PARADIGMA BARU PENDIDIKAN

  3 PILAR KEBIJAKAN DEPDIKNAS  :
  1. Perluasan dan Pemerataan Akses Pendidikan
  2. Mutu, Relevansi, dan Daya Saing Pendidikan
  3. Pilar Kebijakan Tata Kelola, Akuntabilitas, dan Citra Publik Pendidikan
Lama
  1. Para guru memisahkan /memberikan identifikasi kepada para muridnya sebagai murid-murid yang bodoh disisi lain.
  2. Suasana kelas cenderung monoton dan membosankan , karena guru hanya bertumpu pada satu atau dua jenis kecerdasan dalam mengajar (cerdas berbahasa dan berlogika).
  3. Guru kesulitan dalam membangkitkan minat atau gairah murid dalam mempelajari  sebuah mata pelajaran.
 Sekarang
  1. Tidak ada murid yang bodoh! Setiap murid, hampir dapat dipastikan memiliki satu atau dua jenis kecerdasan yang sangat menonjol.(8 kecerdasan yang sangat menonjol) dan memiliki potensi untuk berprestasi dan setiap guru harus bisa membangun  sugesti positif di dalam kelas dan kemudian memunculkan minimal satu kecerdasan yang menonjol yang dimiliki setiap muridnya.
  2. Ada delapan cara untuk mengajar  yang bertumpu pada delapan jenis kecerdasan . Guru harus bisa membuat variasi-variasi yang sangat menggairahkan dan menyenangkan dalam mengajarkan sebuah mata pelajaran. Suasana kelas akan hidup, guru tidak akan kehabisan ide dan akan terus bersemangat untuk menciptakan hal-hal baru dikelasnya. Murid  diberi kesempatan seluas-luasnya untuk mencari cara belajar yang sangat cocok dengan dirinya-apa pun mata pelajaran yang mereka pelajari.
  3. Guru masa kini tidak usah khawatir apabila ada seorang murid yg mempunyai kelemahan dalam mempelajari matematika, bahasa, ataupun mata pelajaran lain,pertama; murid memiliki satu atau dua jenis kecerdasan yang belum terdeteksi, kedua; cara guru mengajar tidak cocok dengan karakter murid, ketiga; minat murid terhadap mata pelajaran menurun drastis. Untuk mengatasinya guru dapat menceritakan tokoh-tokoh yang telah mengukir prestasi yang

CIRI PARADIGMA LAMA :
  1. AKU
  2. SENTRALISASI
  3. STATIS
  4. HASIL
  5. LINIER
  6. POHON
  7. TRADISIONAL
  8. MENOLAK PEROBAHAN
  9. BERPIKIR PARSIAL
  10. GEJALA
  11. MANUAL

CIRI PARADIGMA BARU :
  1. KITA
  2. DESENTRALISASI
  3. DINAMIS
  4. PROSES
  5. SISTEMIK
  6. HUTAN
  7. MODERN
  8. PELOPOR PEROBAHAN
  9. BERFIKIR MENYELURUH
  10. AKAR
  11. TENOLOGI TINGGI
  http://lecgarut.wordpress.com/2008/07/03/paradigma-baru-pendidikan/

LEC GARUT

profil LEC Garut

LEC Garut Sebagai Wisata Diklat
Pusat Sumber Belajar Setempat atau Local Education Centre (LEC) Garut mulai beroperasi pada bulan Januari 1999 berlokasi di Jalan Guntur Sari, Desa Haurpanggung, Kecamatan Tarogong, Kabupaten Garut, berjarak 2 Km dari pusat pemerintahan Kabupaten Garut; berdekatan dengan Terminal Bis, Angkutan Kota dan Pasar Induk Guntur Kabupaten Garut dengan kondisi jalan yang sangat memadai; LEC Garut menjadi tempat yang sangat strategis karena sangat mudah untuk dijangkau oleh masyarakat yang jauh dari luar kota maupun dari dalam kota serta tidak terganggu oleh suara bising dari kendaraan maupun ramainya kegiatan keseharian yang terjadi di Pasar Induk maupun di terminal Guntur.
LEC Garut berlokasi di lingkungan yang asri dengan udara yang segar serta sejuk karena dibelakangnya terbentang hamparan sawah dan sungai Cimanuk yang mengalir tidak pernah kering; sehingga LEC Garut menjadi tempat yang sangat cocok untuk Pendidikan dan Pelatihan yang membutuhkan ketenangan dan konsentrasi serta kegembiraan dan kemudahan; selain tempatnya yang sangat representatif LEC Garut memang berada di daerah tempat pariwisata, karena diantara andalan pengembangan Kabupaten Garut adalah wisata alam sehingga selain menikmati Wisma Pendidikan di LEC Garut, peserta dapat pula menikmati wisata alam yang ada di sekitar LEC Garut seperti permandian air panas, Situ Bagendit, Situ Cangkuang dan tempat – tempat rekreasi lainnya yang sangat menarik.
Organisasi LEC Garut terdiri dari :
Dewan Pembina (Dinas Pendidikan Kabupaten Garut, Bappeda Kabupaten Garut,BMPS dan Yayasan Setempat)
Dewan Manajemen (Perwakilan Ketua-ketua Yayasan Pendidikan se-Kabupaten Garut)
Unit Pelaksana LEC yang Kepalanya dipilih oleh Ketua-ketua Yayasan Pendidikan di kabupaten Garut yang berada di Dewan Manjemen LEC Garut.
Sekolah Binaan
Dasar pemikiran pendirian LEC pada awalnya adalah sebagai lembaga yang berfungsi untuk mengembangkan mutu SLTP Swasta yang mendapat bantuan dari ADB-LOAN 1359-INO, namun dalam perkembangannya meluas ke SLTP non ADB Loan 1359 INO bahkan sekarang telah pula mengembangkan keanggotaan ke MTs Swasta dan sekolah swasta pada umumnya seperti; MA, SMK, SMU Swasta. Adapun yang termasuk sekolah binaan LEC Garut yang disebut dengan Cluster School.
VISI
Sebagai Lembaga Diklat Profesional dan Terpercaya.
MISI
Mengadakan penelitian dan pengkajian-pengkajian yang mengarah kepada peningkatan SDM dan mutu Sekolah
Mengembangkan Sekolah Pangkalan menjadi LEC kecil untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembinaan meningkatkan mutu sekolah swasta.
Tempat kebersamaan antar sekolah swasta dari dan untuk swasta (SLTP, MTs, SMU, SMK, MA, SD, TK Swasta ) untuk meningkatkan mutu sekolah.
Mengembangkan Bisnis untuk menuju kemandirian dan memperkuat jaringan kerjasama dengan berbagai pihak
Mengembangkan lembaga penjamin mutu dan konsultasi pengembangan SDM
MOTTO
Efektif, Efisien, Ekonomis Dalam Bekerja
Tugas LEC :
Memperluas jangkauan pembinaan profesi Guru sekolah swasta
Meningkatkan Profesionalisme guru agar memberi kontribusi bagi peningkatan karir kesejahteraan dan tenaga kependidikan lainnya pada sekolah, Mutu tamatan sekolah, Efisiensi dan efektivitas pembinaan sekolah,
Menumbuhkan kebersamaan antara Satuan pendidikan sekolah swasta dalam mengembangkan pengelolaan sekolah swasta, Penyelenggara sekolah swasta dalam mengembangkan manajemen penyelenggaraan sekolah
Meningkatkan peran serta BMPS dalam mendayagunakan fasilitas sebagai sarana peningkatan mutu dan pembinaan anggota.
Menyediakan layanan kemasyarakatan
Fungsi LEC :, Sebagai wahana kegiatan :
a. Penyelenggaraan Kegiatan Pendidikan dan Pelatihan
b. Profesi bagi tenaga kependidikan
c. Pertemuan antar guru mata pelajaran sejenis
d. Pengembangan materi dan metodelogi pengajaran
e. Pengembangan manajemen
f. Pengelola sekolah swasta
g. Penyelenggara sekolah swasta
h. Kegiatan belajar mengajar bagi siswa
i. Kemasyarakatan seperti seni dan budaya daerah dll
j. Pengembangan usaha untuk menunjang program pendidikan
http://lecgarut.wordpress.com/profil-lec/

10/21/2011

TES AWAL SERTIFIKASI GURU 2011

TES AWAL PESERTA SERTIFIKASI GURU POLA PORTOFOLIO 2011


Pengunjung  yang terhormat, fasilitas test awal online ini diperuntukkan bagi Guru peserta Sertifikasi Guru Kuota 2011 dengan Pola Portofolio. Untuk mengakses halaman test awal anda diharuskan mendapatkan cetak Format A1 terlebih dahulu. Data dari hasil cetakan tadi yang akan digunakan untuk masuk ke halaman test awal. Tampilan dilayar seperti gambar di atas!
Aturannya silakan unduh dan klik : Permendiknas Nomor 11 Tahun 2011
Bagi teman peserta sertifikasi guru yang memilih pola PORTOFOLIO dapat belajar cara menjalankan tes awal lewat WEBnya KSG. Tidak perlu bingung bagaimana cara menjalankannya, silahkan diunduh disini. Semoga bermanfaat.
Bagi Anda Yang Siap Ikut Tes, KLIK DISINI.
http://aspirasiguru.wordpress.com/2011/05/11/tes-awal-peserta-sertifikasi-guru-pola-portofolio/

10/12/2011

GURU MASA DEPAN

“Tak ada obat yang semanjur harapan. Tak ada insentif yang besarnya seperti , dan tak ada ramuan yang seperti, pengharapan bahwa esok akan lebih baik.”
(Orison Swett Marsden)
Apakah saya sudah layak dikatakan sebagai guru yang baik? Kebiasaan sukses seperti apa yang harus saya lakukan agar dapat menjadi guru yang baik? Pertanyaan kritis yang layak sekali dialamatkan kepada figur para pejuang pendidikan ditengah maraknya pergulatan kehidupan yang semakin kompleks.
Tanpa disadari, dunia telah bergerak dengan sangat cepat. Revolusi teknologi informasi menjadi ciri utama yang sangat mudah untuk diidentifikasi. Dunia pendidikan pun harus ikut pula merasakan dampaknya. Apakah guru sebagai pelaku pendidikan telah merasakan perubahan hebat yang terjadi di lingkungan sekitarnya?
Memahami kurikulum, mendesain metode pembelajaran yang aktif dan bermakna bagi siswa, mendesain bahan ajar, mengembangkan penilaian berbasis kelas, dan melakukan pembelajaran berbasis Information and Communication Technology (ICT) adalah salah satu dari sekian banyak agenda penting guru di era kompetisi global dewasa ini. Lebih dari itu, guru pun dituntut untuk dapat mempertanggungjawabkan segala kompetensi profesionalismenya kepada stakeholders pendidikan. Hanya ada dua pilihan bagi guru untuk merespons kenyataan ini, terus maju mengembangkan diri atau mundur perlahan tertelan banyaknya tuntutan.
Tulisan ini merupakan sebuah refleksi dan renungan bagi guru-guru yang memiliki pengharapan untuk memperbaiki diri menyongsong kehidupan masa depan yang lebih baik. 7 kebiasaan sukses adalah panduan penting bagi guru masa depan yang ingin melakukan suksesi manajemen diri. 7 kebiasaan sukses yang dapat dikembangkan guru, di antaranya:
1. Menjadi Pembelajar Sejati
Ubahlah paradigma bahwa guru berperan sebagai penyiram tanaman daripada sebagai penuang air. Anggaplah siswa sebagai tanaman yang memiliki potensi untuk tumbuh sendiri, daripada sebagai sebuah gelas kosong yang hanya dapat penuh bila ada yang mengisi. Artinya, guru harus mampu mengubah paradigma pembelajaran yang tadinya menjadikan siswa sebagai objek pembelajaran, bergeser pada paradigma siswa sebagai subjek dalam pembelajaran. Ketika paradigma ini telah terbangun, situasi pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan berpeluang besar untuk dapat dikembangkan di ruangan kelas. Guru memandang sekolah sebagai tempat belajar untuk menjadi lebih profesional, sekaligus mengembangkan kemampuannya menjadi lebih baik.
2. Menjadi Sales Konten Materi Pelajaran
Pernahkah kita menemui siswa kita yang bersikap acuh tak acuh dengan pembelajaran yang kita bawakan? Jangan salahkan siswa kita dulu, cek kembali sikap apa yang Anda tampilkan ketika memulai pembelajaran?
Apakah Anda tampak loyo dihadapan siswa Anda? Apakah Anda mampu meyakinkan siswa Anda akan manfaat yang mereka dapatkan ketika mengikuti pembelajaran dengan baik? Apakah Anda mampu menghadirkan suasana entertainment dalam pembelajaran Anda yang bernilai edukasi?
Hari ini, guru harus mampu memenangkan ‘hati’ siswanya. Guru harus mampu menjelaskan apa manfaat sekolah bagi siswa, apa manfaat belajar bagi masa depan mereka kelak. Guru harus mampu menjual ‘manfaat’ mempelajari konten materi pelajaran dengan antusias, menghadirkan suasana kontekstual antara materi pelajaran dan dunia anak. Seorang guru yang baik adalah juga seorang sales konten materi pelajaran yang baik.
3. Menggunakan Beragam Gaya Mengajar
Tidak ada satu pun gaya mengajar yang paling baik. Memilih dan menggunakan gaya mengajar yang tepat sesuai kebutuhan dalam pembelajaran adalah tindakan bijak yang harus dilakukan. Saat ini, ada banyak temuan tentang kinerja otak yang dapat digunakan dalam pembelajaran, ada banyak model dan pendekatan pembelajaran yang telah melewati proses pengkajian yang harus dicerna, kalau pun mungkin diterapkan dalam upaya memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas.
Bayangkan jika orang tua siswa ingin menyaksikan langsung bagaimana situasi pembelajaran di kelas Anda, apakah Anda siap menunjukkan penampilan terbaik Anda di kelas?
4. Membangun Relasi dengan Orang Tua Siswa
Dalam kajiannya, Veenman (1984), mengklasifikasi 5 masalah utama yang dihadapi guru baru dalam melakukan kinerjanya, yaitu: (1) Classroom Discipline, (2) Motivating Students, (3) Dealing with Individual Differences, (4) Assessing Students’ Work, (5) Relations with Parents.
Membangun relasi dengan orang tua siswa, bagi seorang guru tanpa kecuali, merupakan permasalahan pelik yang mesti dicarikan solusinya. Permasalahan itu dapat tergambar dari ungkapan salah satu guru di Amerika Serikat berikut.
As a beginning teacher, I had no idea what my students brought with them to class–if they worked at a job, if they collected stamps, or if there was a divorce going on at home. The word “family” was not mentioned. I knew nothing about their lives outside of school, except if by some happenstance someone mentioned it casually. Today, we know better. Major research studies indicate that readiness for learning, all through the grades, begins at home and that we’ve got to enlist all families as real partners in the education of their children.
As a good teacher today, my work would be to build a bridge — connection between school and home so that information, ideas, and people move freely from one place to the other. The “hidden curriculum” of the home and community is not hidden anymore”.
5. Rajin Mengikuti Kegiatan In-Service Training
Prof. Masaki Sato (2007) menjelaskan adanya kelemahan besar dari Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan dalam menghasilkan tenaga guru.
Pertama, kuliah yang diberikan di kampus difokuskan pada transfer pengetahuan (transfer of knowledge) keilmuan suatu disiplin ilmu, sedangkan pengetahuan praktis untuk meningkatkan keilmuan dan kompetensi guru dalam mengajar pada kenyataannya tidak pernah diajarkan
Kedua, seorang dosen di universitas, secara umum, mengajarkan suatu disiplin ilmu tidak berdasarkan situasi dan kondisi di sekolah. Apa pun jenis teorinya tidak akan pernah diketahui kebenarannya jika tidak diujikan
Ketiga, pengetahuan mengenai pelayanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus “learning disorder” (anak yang memiliki kesulitan belajar) harus dipraktikkan di lapangan (ruang kelas). Dengan banyak berinteraksi dengan lingkungan sekolah, kita akan banyak bertemu dengan anak-anak berkebutuhan khusus dalam belajar. Mereka membutuhkan bimbingan untuk menentukan penanganan secara nyata yang tepat berdasarkan hasil penelitian atau keilmuan.
Semua guru, baik dari lulusan LPTK maupun Non-LPTK, harus memiliki sikap mau belajar. Konsekuensinya, guru harus mau dan mampu menggali banyak informasi di luar jam kerjanya untuk meningkatkan interpersonal skill, communication skill, teaching skill, dan keterampilan lainnya yang relevan dengan kinerja profesionalisme sebagai guru. Mengagendakan diri secara rutin dalam mengikuti kegiatan pengembangan diri melalui In-Service Training merupakan salah satu alternatif solusi untuk dapat mengikuti perkembangan terkini di dunia pendidikan.
6. Melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
Siapa yang dapat mengetahui kekurangan kita dalam mengajar? Bagaimana cara kita memperbaiki kekurangan mengajar kita di kelas? Penelitian Tindakan Kelas adalah salah satu cara untuk menganalisis tugas mengajar kita di kelas. Fokus PTK adalah untuk menyelesaikan berbagai masalah yang kita hadapi dalam mewujudkan situasi pembelajaran efektif. Pada dasarnya, masalah merupakan kesenjangan antara kenyataan dan keadaan yang diinginkan.
PTK sendiri dilakukan untuk mengubah perilaku sendiri dan perilaku siswa, mengubah kerangka kerja proses pembelajaran, yang pada akhirnya berdampak pada perubahan pada perilaku diri sendiri dan siswa dalam konteks pembelajaran.
Cohen & Manion (1980) menyatakan ada 7 fokus bidang garapan dalam PTK, yaitu: (1) metode mengajar, (2) strategi belajar, (3) prosedur evaluasi, (4) penanaman atau perubahan sikap dan nilai, mendorong sikap yang lebih positif terhadap beberapa aspek kehidupan, (5) pengembangan profesional guru (meningkatkan keterampilan mengajar, mengembangkan metode mengajar yang baru, menambah kemampuan analisis, atau meningkatkan kesadaran diri), (6) pengelolaan & kontrol pada teknik modifikasi perilaku, dan (7) administrasi (menambah efisiensi aspek tertentu dari administrasi sekolah).
PTK merupakan salah satu bentuk pertanggungjawaban guru terhadap kinerjanya. Selain untuk kepentingan evaluasi yang komunikatif, data dan fakta yang dihasilkan dari kegiatan PTK dapat dijadikan referensi bagi guru untuk menulis di media masa maupun untuk disharing di komunitas guru yang lebih besar (KKG, MGMP, dsb). Harapannya, temuan-temuan yang dihasilkan dari kegiatan PTK dapat berdampak lebih besar bagi pengembangan pendidikan dalam skala luas.
7. Menginspirasi Siswa dengan METAFORA
Metafora adalah memaparkan cerita tentang hakikat kesuksesan, perumpamaan-perumpamaan mengenai suatu bentuk kehidupan yang notabene akan siswa hadapi kelak, simulasi, atau pun kisah-kisah berbagai orang sukses dalam hidupnya.
Tanpa kita sadari, selama ini kita terlalu berfokus pada konten materi pelajaran, tetapi kita tidak mampu menghadirkan dan menggali makna kehidupan dari materi yang kita bawakan. Apakah pernah ketika mengajar materi matematika, misalnya, kita juga berupaya menggali dan memaknai arti penting bersikap jujur, bersinergi dengan orang lain, bekerja keras, berpikir sistematis dan cermat melalui materi yang dihadirkan dalam situasi pembelajaran?
Metafora yang disajikan dalam pembelajaran, baik di awal, tengah, maupun akhir pembelajaran sangat penting untuk meningkatkan motivasi siswa dalam belajar.
Dari perasaan benci, berganti menjadi suka. Dari perasaan bosan berubah menjadi berminat. Dari menjenuhkan menjadi menyenangkan. Dari perasaan tak butuh, setahap demi setahap menjadi penasaran, berkeinginan, dan membutuhkan materi pelajaran yang kita berikan. Seorang pengajar yang baik tidak hanya dapat menjelaskan dan mendemonstrasikan materi pembelajaran, akan tetapi dia dapat menginspirasi siswa untuk melakukan yang terbaik dalam kehidupannya.
Good teacher explains, superior teacher demonstrates, excellent teacher inspires.(Asep Sapa’at/Trainer Makmal Pendidikan).http://sahabatguru.wordpress.com/2008/12/11/7-kebiasaan-sukses-guru-masa-depan/

10/10/2011

BERBAGI

Kata berbagi mudah dikatakan dan mudah diucapkan, akan tetapi pelaksanaannya tidaklah demikian. Berbagi dengan sesama berbagai aspek, apakah itu informasi, pengetahuan, harta atau apa saja yang bermanfaat dan dapat dimanfaatkan oleh khalayak sehingga dunia ini dapat diperbaiki atau menuju lebih baik dengan memberi sumbangan kebaikan. Jika kita dapat bergotong royong segala hal manfaat maka kebermanfaatan hidup menjadi bermakna. Sanggupkan .... kiat melakukannya?.....
Sekecil apapun....sedapatnya...sebisanya...sesempatnya...ayo..!! kita mulai, mudah-mudahan diberi jalan, kemudahan, kelapangan fikiran, diringankan..... Amin.